Benar,
lingkungan sangat berpengaruh terhadap mindset, sikap bahkan berpengaruh pada kehidupan
seseorang. Seseorang yang mempunyai kebebasan ia tampak cerdas dalam bersikap,
peka dalam merasa, kaya akan pengalaman dan perspektif. Coba saja kita lihat
dan cermati, mereka semua tampak merasa sepeti itu. Mereka tanpa malu – malu
mereaksikan keinginannya, kreatif dan komunikatif. Sayapun merasakan hal itu
ada pada diri mereka masing - masing. Sebuah Sikap luar biasa, yang tak semua
orang bisa bersikap sepertinya. Mereka mampu bersikap dan melakukannya dengan
sejuta pengalaman yang mereka dapatkan. Yang orang lain masih tidak mampu
merasakan seperti yang mereka rasakan lebih dulu. Namun, terkadang seseorang
mampu dalam melakukannya tapi ia tak mampu membuat orang lain kagum dan
membelalakkan matanya. Lalu kesempatan – kesempatan yang sepertinya itu hilang.
Saat saya
beraktifitas setiap hari, bisa dipastikan melewati jalan dimana seorang
pengemis berdiam diri dengan penuh harapan. Harapan untuk dikasihani dan
diringankan beban hidupnya. Meski beberapa kali saya melihatnya, hati ini tak
pernah tergugah untuk juga memenuhi harapannya. Karena menurut faktanya,
pengemis itu termasuk orang yang berada. Dan masih mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
meski tidak dengan cara seperti itu. Dan masih banyak kecukupan lainnya yang juga
menyertainya. Meski seperti itu, Sayapun biasa melihat pengemis itu tidak
sedikit orang yang berbelas kasih padanya, dari kalangan orang yang berlebih
dalam kesehariannya.
Di lain waktu, saya
tidak biasa berjalan dengan seorang anak yang usianya terlampau jauh dibawah
saya, berusia sekitar sembilan tahun. Seusianya sekarang ia memiliki kebebasan
sejak ia masih baru merasakan bangku sekolah ditingkatannya, sekitar enam tahun
yang lalu. Saat-saat ia baru merasakan indahnya masa anak-anak. Namun, ia sudah
berani mengekspresikan perbuatannya tanpa rasa segan sedikitpun. Dengan lugas
ia menceritakan masa-masa keseharian masa lalunya, sebelum dirinya bersamaku
saat ini. Dalam kesehariannya ia merasakan kebebasan dengan sahabat-sahabat sejawatnya.
Dan bisa dipastikan, kebebasan dunia luarlah yang membentuk sifat, watak dan
perilakunya seperti saat ini.
Dengan serius
dia memamerkan masa lalunya, sambil berlalu saya dan anak itu sampai juga di
jalan yang memang sering saya lalui. Di jalan itu, tidak ada perbedaan dengan
sebelumnya. Seorang pengemis masih terlihat sebagaimana biasa, duduk sambil
menjulurkan tangannya dengan penuh harapan. Sesaat setelah berada di hadapan
pengemis, anak kecil itu tak segan-segan merogoh sakunya dan seketika itu pula
ia menjulurkan selembar kebaikan untuk pengemis. Spontan anak kecil itu
mendapat pujian dan doa dari sang pengemis. Bersama dengan senyumnya iapun
menganggukkan kepalanya, isyarah menerima pujian dan doa dari sang pengemis.
Sambil berlalu dia melanjutkan curhatnya pada seseorang yang berada
disampingnya, tidak lain adalah saya yang dimaksud. Anak itu dengan sangat cuek
terhadap kejadian tadi menceritakan kenakalannya, kebebasannya dan berbagai
pengalaman hidup yang dilaluinya.
Sejenak saya berfikir anak sekecil itu mampu
merasakan terhadap kehidupan orang lain. Padahal saya setiap hari lalu lalang
di hadapannya tak pernah menjulurkan sesuatu buat pengemis itu. Tetapi sahabat
kecil itu mampu memberikan kebaikan kepada orang lain. Tidak sedikit orang yang
berada melihatnya terperangah dan kagum atas sikap besarnya. Sungguh luar biasa
temen kecil itu mampu memberikan inspirasi buat orang lain agar selalu memberi suatu
kebaikan.
Saya melihat,
mungkin tak seberapa yang ia berikan kepada pengemis itu. Tapi perbuatannya
merupakan cerminan kebaikan yang ia berikan kepada orang lain. Yang terlihat
sangat membutuhkan pertolongan dan belas kasih orang lain. Perbuatan yang
sepertinya mungkin orang lain sangat mampu melakukannya. Tapi sedikit sekali
orang yang mampu merasakan kepekaan terhadap penderitaan orang lain sehingga
mampu memberikan kebaikan pula pada orang lain.
Banyak sekali
orang yang mampu memberikan sesuatu kepada orang lain, atau bahkan melebihinya.
Tapi sangat sedikit seseorang dari kita untuk menggunakan kesempatan itu untuk
menabur kebaikan, buat kita dan orang lain. Mereka kebanyakan tidak mampu
melihat kesempatan untuk berbuat baik dan mencapai kebaikan Tuhan.
Dan
masing-masing orang beroleh derajat sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Dan
Tuhanmu tiada lalai akan apa yang mereka lakukan. Al An’am.132
Sebuah butiran
mutiara mengatakan, berbuat baik itu laksana wewangian yang tidak hanya
mendatangkan manfaat bagi pemakainya. Tetapi juga orang-orang yang berada di
sekitarnya. Dan manfaat psikologis dari kebajikan itu terasa. Saya berfikir dan
menyimpulkan memang benar-benar benar inilah sebabnya orang yang gemar menabur
benih-benih kebaikan hidupnya lebih bahagia. Dan saat ini saya merasakan hal
itu.
Mudah-mudahan
keridhaan dan fadhal Allah selalu kita dapatkan. Seteguk air yang diberikan
seorang pelacur kepada seekor anjing yang kehausan dapat membuahkan surga
baginya, yang konon luasnya seluas langit dan bumi. Kisah ini adalah bukti
bahwa Allah SWT. Maha ghafururrahim dan mencintai orang-orang yang
selalu berbuat kebaikan.
Maka
barang siapa melakukan kebaikan seberat zarrah, ia pasti akan melihatnya. Al Zilzal.7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar