Selasa, 04 Maret 2014

Menebar Kebaikan

Benar, lingkungan sangat berpengaruh terhadap mindset, sikap bahkan berpengaruh pada kehidupan seseorang. Seseorang yang mempunyai kebebasan ia tampak cerdas dalam bersikap, peka dalam merasa, kaya akan pengalaman dan perspektif. Coba saja kita lihat dan cermati, mereka semua tampak merasa sepeti itu. Mereka tanpa malu – malu mereaksikan keinginannya, kreatif dan komunikatif. Sayapun merasakan hal itu ada pada diri mereka masing - masing. Sebuah Sikap luar biasa, yang tak semua orang bisa bersikap sepertinya. Mereka mampu bersikap dan melakukannya dengan sejuta pengalaman yang mereka dapatkan. Yang orang lain masih tidak mampu merasakan seperti yang mereka rasakan lebih dulu. Namun, terkadang seseorang mampu dalam melakukannya tapi ia tak mampu membuat orang lain kagum dan membelalakkan matanya. Lalu kesempatan – kesempatan yang sepertinya itu hilang.
Saat saya beraktifitas setiap hari, bisa dipastikan melewati jalan dimana seorang pengemis berdiam diri dengan penuh harapan. Harapan untuk dikasihani dan diringankan beban hidupnya. Meski beberapa kali saya melihatnya, hati ini tak pernah tergugah untuk juga memenuhi harapannya. Karena menurut faktanya, pengemis itu termasuk orang yang berada.  Dan masih mampu memenuhi kebutuhan hidupnya meski tidak dengan cara seperti itu. Dan masih banyak kecukupan lainnya yang juga menyertainya. Meski seperti itu, Sayapun biasa melihat pengemis itu tidak sedikit orang yang berbelas kasih padanya, dari kalangan orang yang berlebih dalam kesehariannya.
Di lain waktu, saya tidak biasa berjalan dengan seorang anak yang usianya terlampau jauh dibawah saya, berusia sekitar sembilan tahun. Seusianya sekarang ia memiliki kebebasan sejak ia masih baru merasakan bangku sekolah ditingkatannya, sekitar enam tahun yang lalu. Saat-saat ia baru merasakan indahnya masa anak-anak. Namun, ia sudah berani mengekspresikan perbuatannya tanpa rasa segan sedikitpun. Dengan lugas ia menceritakan masa-masa keseharian masa lalunya, sebelum dirinya bersamaku saat ini. Dalam kesehariannya ia merasakan kebebasan dengan sahabat-sahabat sejawatnya. Dan bisa dipastikan, kebebasan dunia luarlah yang membentuk sifat, watak dan perilakunya seperti saat ini.
Dengan serius dia memamerkan masa lalunya, sambil berlalu saya dan anak itu sampai juga di jalan yang memang sering saya lalui. Di jalan itu, tidak ada perbedaan dengan sebelumnya. Seorang pengemis masih terlihat sebagaimana biasa, duduk sambil menjulurkan tangannya dengan penuh harapan. Sesaat setelah berada di hadapan pengemis, anak kecil itu tak segan-segan merogoh sakunya dan seketika itu pula ia menjulurkan selembar kebaikan untuk pengemis. Spontan anak kecil itu mendapat pujian dan doa dari sang pengemis. Bersama dengan senyumnya iapun menganggukkan kepalanya, isyarah menerima pujian dan doa dari sang pengemis. Sambil berlalu dia melanjutkan curhatnya pada seseorang yang berada disampingnya, tidak lain adalah saya yang dimaksud. Anak itu dengan sangat cuek terhadap kejadian tadi menceritakan kenakalannya, kebebasannya dan berbagai pengalaman hidup yang dilaluinya.  
 Sejenak saya berfikir anak sekecil itu mampu merasakan terhadap kehidupan orang lain. Padahal saya setiap hari lalu lalang di hadapannya tak pernah menjulurkan sesuatu buat pengemis itu. Tetapi sahabat kecil itu mampu memberikan kebaikan kepada orang lain. Tidak sedikit orang yang berada melihatnya terperangah dan kagum atas sikap besarnya. Sungguh luar biasa temen kecil itu mampu memberikan inspirasi buat orang lain agar selalu memberi suatu kebaikan.
Saya melihat, mungkin tak seberapa yang ia berikan kepada pengemis itu. Tapi perbuatannya merupakan cerminan kebaikan yang ia berikan kepada orang lain. Yang terlihat sangat membutuhkan pertolongan dan belas kasih orang lain. Perbuatan yang sepertinya mungkin orang lain sangat mampu melakukannya. Tapi sedikit sekali orang yang mampu merasakan kepekaan terhadap penderitaan orang lain sehingga mampu memberikan kebaikan pula pada orang lain.
Banyak sekali orang yang mampu memberikan sesuatu kepada orang lain, atau bahkan melebihinya. Tapi sangat sedikit seseorang dari kita untuk menggunakan kesempatan itu untuk menabur kebaikan, buat kita dan orang lain. Mereka kebanyakan tidak mampu melihat kesempatan untuk berbuat baik dan mencapai kebaikan Tuhan.
Dan masing-masing orang beroleh derajat sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tiada lalai akan apa yang mereka lakukan. Al An’am.132
Sebuah butiran mutiara mengatakan, berbuat baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya. Tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan manfaat psikologis dari kebajikan itu terasa. Saya berfikir dan menyimpulkan memang benar-benar benar inilah sebabnya orang yang gemar menabur benih-benih kebaikan hidupnya lebih bahagia. Dan saat ini saya merasakan hal itu.
Mudah-mudahan keridhaan dan fadhal Allah selalu kita dapatkan. Seteguk air yang diberikan seorang pelacur kepada seekor anjing yang kehausan dapat membuahkan surga baginya, yang konon luasnya seluas langit dan bumi. Kisah ini adalah bukti bahwa Allah SWT. Maha ghafururrahim dan mencintai orang-orang yang selalu berbuat kebaikan.
Maka barang siapa melakukan kebaikan seberat zarrah, ia pasti akan melihatnya. Al Zilzal.7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar