Jumat, 14 Februari 2014

Bukti Cinta Kasih Allah Subhanahu wa Ta’ala


Jika Allah menghendaki kebaikan Ia akan membalas kesalahan dan dosa-dosa hambanya di dunia, sedangkan jika tidak, Allah akan mengumpulkannya kelak di Akhirat. al Hadist.

Tidak semua yang diberikan Allah SWT pada kita adalah nikmat. Terkadang Allah juga memberikan musibah kepada kita. Tapi bukan berarti kita tidak mensyukuri atas pemberian Allah. Positif thingking lah atas semua pemberian Allah SWT akan ada hikmahnya. Yakinlah akan hal itu.
Sungguh unik perkara orang mukmin itu. Semua perkaranya adalah baik. Jika mendapat kebaikan (nikmat) ia bersyukur. Maka itu menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar. Maka itu juga menjadi sebuah kebaikan baginya. Al Hadist.
Nikmat memang sudah sering kali Allah berikan dan selalu kita syukuri.  Sebagai ungkapan terimakasih dan etika kita kepada Allah SWT. Dan agar kita juga merasa menghargai terhadap pemberian Allah SWT meski Allah sama sekali tidak pernah mengharap itu semua. Allah qiyamuhu bi nafsihi, dan tidak mungkin Allah bersifatan ihtiyajuhu bi nafsihi. Tapi patutlah berkewajiban bagi kita untuk mensyukuri atas segala nikmat pemberian Allah SWT. Bukan hanya sebatas ungkapan kata-kata (bil lisan) tetapi ungkapan jawarih (bil hal) juga harus memuji dan mensyukuri atas nikmat pemberian Allah. Bersyukur yang tepat adalah menggunakan semua nikmat yang diberikan oleh Allah dijalan yang di ridhai-Nya (hanya untuk beribadah kepada-Nya).
Berbeda dengan nikmat adalah musibah dari Allah SWT. Inilah kadangkala kebanyakan dari kita tidak mengerti dengan rencana Allah SWT. Musibah sakit bukanlah pemberian Allah yang mengartikan benar-benar sebuah musibah. Atau justru itu merupakan tanda cinta kasih Allah kepada kita, hambanya.
Sesungguhnya Allah bila menyukai seorang di antara kalian, maka Allah akan menurunkan cobaan kepadanya. Al Hadist.
Tetapi banyak hal yang diselipkan oleh Allah dari rasa sakit pada diri kita.
Kamu tidak mengetahui barangkali Allah SWT. mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru. At Thalak.1
Para Nabi, ‘orang-orang terbaik setelah mereka’ juga diberi cobaan dan musibah untuk meningkatkan derajat mereka, hal ini merupakan bagian dari tanda cinta kasih Allah pada mereka, hamba-hamba pilihan.
Seseorang yang setiap hari beraktifitas dan melakukan ibadah sosial sehingga ia tak sempat untuk berlama-lama istirahat karena amanah dan tanggungjawabnya. Disitulah rencana Allah memberikan hikmah dibalik itu semua. Memberi rasa sakit agar sedikit lebih banyak istirahat, untuk pikirannya, jiwa dan tubuhnya. Kesemuanya butuh sebuah balances. Termasuk juga untuk menguatkan hati menghancurkan rasa ujub, mengubur rasa sombong, menarik empati sesama, sebuah peringatan dini dan menjaga hati untuk bersabar. Satu hal lagi, selain menyimpan makna sehat adalah nikmat terbesar kedua setelah iman dan taqwa, Musibah sakit akan memotivasi seseorang untuk selalu berbuat lebih baik. Memperbaiki kekurangan dan kesalahan-kesalahan sebelumnya. Dan sangat luar biasa, jikalah yang kebanyakan dari kita beranggapan musibah sakit diartikan hanya sebagai musibah/penderitaan semata, akan tetapi Allah menjadikan sebagai penebus dosa atas kesalahan dan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Bukankah itu sebuah fadhal dan nikmat dari Allah ?. tidak sedikit qorinah yang menunjukkan sebagai ujian untuk mengangkat derajat seseorang.
Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal shaleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. Hud.11
Sebuah pahala yang dijanjikan oleh Allah bagi orang yang mampu melewati masa-masa yang menjadi pilihan baginya. Dan Allah tidak pernah “menutup mata” atas semua kejadian / keruwetan yang terjadi di dunia ini. Allah SWT sudah mengatur segalanya, termasuk kadar kemampuan seseorang mendapatkan ujian, cobaan, amanah, tanggungjawab, bahkan nikmat dan musibah dari Allah SWT.
Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya. Al Baqarah.287
Dan saya sadar bahwa rasa yang saat ini saya rasakan adalah sanksi, balasan atau akibat dari kesalahan dan dosa yang selama ini diperbuat. Bukanlah suatu kebencian dari Tuhan untuk saya, hambamu ini, Allah. Takkan pernah ada kedhaliman pada dzat Allah SWT.
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. Yunus.44
Saya sadar berbagai dosa yang dilakukan telah menyakiti orang-orang disekitar. Orang-orang terdekat sekalipun. Dan tak kan pernah ada keluhan sedikitpun yang terhembus akibat dari cela yang telah diperbuat. Bersabar dan menerima atas rasa yang saat ini saya rasakan adalah lebih baik. Mungkin dengan seperti sekarang inilah Allah memberikan maghfirah Nya dan melebur segala dosa dan kesalahan-kesalahan menjadi pahala yang dijanjikannya. Dan setelah semua ini berlalu, ikrar akan menjadi pilihan untuk menjadi lebih baik. Memperbaiki segala kekurangan dan kesalahan menjadi kebaikan yang merajut fadhal dan cinta kasih dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar